ALLAH Yang Mahaberdiri Sendiri, Allah Yang Mahamemenuhi Kebutuhan Makhluk-Nya. Al-Qayyum (القيوم) terambil dari qaf ق)), waw و)), dan mim م)). Bisa diartikan sekelompok manusia (kaum). Bisa bermakna tegak lurus, dan juga bisa tekad.
Kalau seseorang sudah punya tekad berarti akan berkesinambungan. Seperti orang yang bertekad jadi ahli tahajud, niscaya dia berkesinambungan. Sehingga kita mendengar istilah qowama, istiqamah. Yang dilaksanakan terus-menerus, bersambung.
Hampir selalu al-Qayyum itu bersamaan dengan al-Hayyul (الحي): al-Hayyul Qayyum. Allah Yang Mahahidup dan Mahaberdiri Sendiri; mengurus makhluk-Nya berkesinambungan. Allah sama sekali tidak membutuhkan siapa pun dalam mengurus alam semesta ini.
Dalam al-Quran, al-Qayyum disebut tiga kali. Seperti yang sering kita dengar pada Ayat Kursi (QS. al-Baqarah [2]: 255), “Allaahu laa ilaaha illa huwa, al-hayyul qayyum (Allah, tiada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup dan Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya).”
Juga di awal surah Âli ‘Imrân (ayat ke-2), yang redaksi ayatnya seperti potongan Ayat Kursi tadi yang dikaitkan dengan Allah menurunkan al-Quran, kitab yang membedakan antara yang benar dan yang salah (al-Furqân).
Dan satu lagi, penyebutan al-Qayyum dalam al-Quran, yang dilanjutkan dengan penegasan kerugian para penzalim dan jaminan bagi yang mengamalkan kebajikan, yakni:
“Dan semua wajah tertunduk di hadapan Allah Yanghidup dan Yangberdiri Sendiri. Sungguh rugi orang yang melakukan kezaliman. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan sedang dia dalam keadaan beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim terhadap dirinya, dan tidak pula khawatir akan pengurangan haknya.” (QS. Thâhâ [20]: 111-112).
Nah, saudaraku. Semua yang ada di langit dan di bumi diurus oleh Allah SWT. Walaupun orang yang berbuat zalim kepada Allah, secara lahir tetap saja diurus oleh-Nya. Seperti orang Israel yang begitu zalim, tetap diurus oleh Allah. Siapa coba yang mengurus detak jantung mereka? Sama dengan kita, mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Oleh sebab itu, jangan takut terhadap apa yang disebut musuh. Karena sebetulnya tidak ada musuh yang asli bagi Allah. Sekali pun orang yang disebut musuh tersebut mengingkari Allah, tetap saja Allah yang memberinya udara, makan, minum, dan sebagainya. Sampai pada waktunya nanti, Allah SWT pula yang akan mematikannya.
Sama halnya, jangan takut dengan jumlah penduduk yang semakin banyak. Karena misalnya khawatir rezeki berkurang, di semua tempat sudah jadi pasar serta makin banyak yang serakah, mengurangi timbangan, atau berbuat zalim lainnya. Sehingga dengan kerisauan itu kita malah ikut-ikutan berbuat curang dan kezaliman. Jangan, saudaraku.
Tetaplah yakin kepada Allah SWT, dan teruslah berbuat kebajikan. Kita tidak perlu merisaukan para penzalim itu, karena apa yang sudah menjadi hak kita tidak akan berkurang. Secara lahir kita sama-sama diurus oleh Allah. Dia terus-menerus mengurus kita seluruhnya, dan semuanya pasti beres.
Sejak dari zaman rahim dulu beres. Sekarang, saat kita sedang membaca tulisan ini pun diurus oleh Allah. Kita nyaris tidak tahu bagaimana mengurus diri kita sendiri. Misalnya, sejak awal membaca dan sampai di sini, sudah berapa kali jantung saudara berdetak? Atau, jangan-jangan sudah berhenti? Ingat pun tidak, apalagi jika kita harus mengurusnya setiap saat.
Mungkin ada baiknya seperti para koruptor itu, sebelum mencuri uang, disuruh menghitung jumlah sel otaknya dan mengukur takaran oksigen yang dibutuhkan otaknya sendiri terlebih dulu. Sehingga saat dia masih bingung bagaimana menghitung, ajalnya pun datang. Tapi semoga sebelumnya dia sudah bertobat.
Jadi, setiap saat kita diurus oleh Allah, hingga nanti waktunya kita mati juga diurus. Misalkan rezeki jika kita tua nanti akan mendekat sendiri. Kalau kita sudah tidak bisa mengunyah, akan disuapi. Sudah tidak bisa disuapi, akan diinfus. Dan kalau sudah tidak bisa diinfus, maka kita akan segera dikuburkan. Beres semua rezeki kita.
Lalu, apa bedanya kalau kita berbuat kebajikan dengan mereka yang berbuat kezaliman, kalau sama-sama diurus? Kalau orang yang beriman dan terus berbuat kebajikan, akan diberi oleh Allah suatu karunia yang amat mahal. Yaitu kenyamanan di hati.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka yang telah ada. Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana.” (QS. al-Fath [48]: 4).
Adapun bagi para pembuat kezaliman, selama hidup hatinya tidak akan pernah tenang. Kecuali kalau dia segera bertobat, dan Allah menerima tobatnya. Jika tidak, maka pada hari kiamat pun pasti akan memikul dosa-dosanya itu.
Dan, “Mereka kekaldi dalam keadaan itu. Dan sungguh buruk beban dosa itu bagi mereka pada hari kiamat, pada hari sangkakala ditiup yang kedua kali dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan wajah biru muram.” (QS. Thâhâ [20]: 101-102).
Mungkin ada berpikir, misalkan, mengapa Allah menciptakan orang Israel? Kalau yang begini bukan urusan kita, dan tidak boleh mempertanyakannya. Sesuka Pencipta langit dan bumi mau berbuat apa saja. Allah mau bikin matahari, planet, bintang, bulan maupun bumi, tinggal jadi dan jadi. Bukan urusan kita.
Urusan kita adalah yakin kepada Allah. Tidak ragu kepada janji-Nya, tidak curiga atas jaminan-Nya, dan tidak merisaukan rezeki yang selama ini pun terus-menerus diurus oleh Dia Yang Mahahidup dan Yangberdiri Sendiri. Urusan kita adalah menjadi saleh, titik! [*]
source : http://mozaik.inilah.com/read/detail/2189704/memahami-al-qayyum